"Lo itu kan, minyak. Jika minyak
diminum kemungkinan besar malah membuat saluran darah tersumbat dan
membengkakkan jantung. Bukannya menurunkan kolesterol, justru malah
membuat jantung koroner", kata dr Ahmad B, spesialis bedah di sebuah
rumahsakit di Solo, Jawa Tengah, tentang konsumsi minyak perawan virgin
coconut oil (VCO). Sudah lama memang Amerika Serikat mengkampanyekan VCO
merangsang hati memproduksi kolesterol tinggi. Minyak murni itu dituduh
sebagai penyebab penyakit kardiovaskuler. Setelah penelitian
berkembang, kini VCO semakin berani membuktikan dirinya multimanfaat,
bukan penghancur hati dan perusak jantung seperti yang difitnahkan.
Mari Enig dalam bukunya
Isometric Trans Fatty Acid in the US Diets menyatakan propaganda
terhadap minyak kelapa murni pada 1954 menjadi titik tolak kampanye
negatif minyak kelapa di seluruh dunia. National Cholesterol Education
Program di Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan minyak kelapa sawit
dan minyak kelapa harus dihindari lantaran kaya kolesterol Bahkan, surat
kabar The New York Times 3 Juni 1987 semakin subyektif dengan memuat
editorial minyak kelapa dari Indonesia dan Malaysia murah, tetapi
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
Publikasi buruk itu terus
mengalami estafet dari berbagai institusi. Pada 1989 Institut Jantung,
Paru-paru, dan Darah Nasional serta Badan Riset Nasional Amerika
mengumumkan agar konsumen menghindari minyak kelapa dan seluruh
turunannya. Karena minyak kelapa memicu tingginya kolesterol jahat.
Sedangkan minyak kedelai justru menurunkan kadar lipoprotein yang tak
perlu.
Asam lemak jenuh
Menurut Philipines Journal of
Coconut Studies dibutuhkan waktu 40-50 tahun untuk melawan serangan
gencar itu. Dr Dan Eringthon, ahli ekonomi pertanian Universitas
Nasional Australia meneliti masyarakat Tuvalu, di Pasifik Selatan. Hasil
riset Dan menunjukan tak ada tanda-tanda penyakit jantung pada penduduk
pengkonsumsi minyak kelapa itu. Namun, Setelah mereka pindah ke
Selandia Baru dan mengkonsumsi minyak poli tak jenuh, prevalensi
penyakit jantung tinggi.
Hal itu membuka mata para
peneliti, bahwa kolesterol penyebab penyakit kardiovaskuler pembunuh
nomer wahid dunia bukan berasal dari minyak kelapa, tetapi pola makan
secara keseluruhan. VCO tak berhak dituding sebagai satu-satunya
penyebab. Murray Price, dokter naturopati yang juga penulis buku Coconut
Oil for Health mencuatkan pandangan itu dengan mengusung berbagai
penelitian.
Murray tak menyanggah jika
minyak kelapa memang mengandung asam lemak jenuh. Namun, bukan berarti
semua lemak jenuh jahat. Ia membagi lemak ke dalam dua kelompok yaitu
rantai panjang dan rantai sedang-pendek. Yang berantai panjang seperti
lemak hewani penyebab utama kardiovaskuler.
Sedangkan komponen utama minyak
kelapa murni asam lemak rantai sedang. Jenis lemak ini mudah diserap
usus karena ukuran molekulnya tidak terlalu besar. Dalam darah, lemak
VCO segera masuk ke dalam metabolis energi, tak ditimbun menjadi
kolesterol.
Antikolesterol
Kandungan-kandungan lain seperti
asam laurat, asam kaprat, asam kaprilat, dan asam kaproat terbukti
efektif sebagai antivirus, antibakteri, antidiabetes, antiobesitas,
bahkan antikanker. Sayang, masih banyak orang ragu meminum minyak kaya
manfaat itu. Riset secara klinis efek kolesterol ekstrak Cocos nucifera
itu diteliti oleh K.G. Nevin dari Department of Biochemistry, University
of Kerala, India. Nevin menemukan VCO tak meningkatkan kolesterol dalam
darah, justeru melindungi jantung. Sebabnya, VCO mampu meningkatkan
kolesterol baik dan mengenyahkan kolesterol jahat.
Penelitiannya melibatkan 3
kelompok tikus masing-masing 6 ekor. Selama 45 hari seluruh tikus
percobaan itu diberi minyak kacang 8 g/100 g bobot tubuh sebagai
kontrol, minyak kelapa asli 8 g/100 g, dan VCO 8 g/100 g. Pada hari
ke-46 hewan percobaan dipuasakan selama satu malam sebelum diinjeksi
mati dengan menggunakan sodium pentatonat.
Serum jaringan darah, hati,
ginjal, dan jantung dianalisis kadar lemaknya. Caranya, sebanyak 500 mg
jaringan darah dihomogenisasi dengan kloroform dan metanol, perbandingan
2:1, lantas dicampur dengan 0,02% kalsium klorida. Setelah diaduk dan
didiamkan. Minyak menyambung di bagian atas. Airnya diserap menggunakan
teknik evaporasi agar menjadi bubuk kering.
Dari situlah total kolesterol,
trigliserida, dan fosfolipida. Hasilnya nilai kolesterol di jaringan
darah tikus pengkonsumsi VCO 17% lebih rendah dibanding minyak kacang
dan minyak kelapa. Bahkan, pada jantung dan hati, total kolestrolnya 23%
dan 30%, lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa.
Nilai trigliserida pada darah
tikus pengkonsumsi VCO juga menunjukkan 46% lebih rendah dibanding
kontrol minyak kacang dan pembanding minyak kopra. Di Indonesia, uji
praklinis VCO terhadap kolesterol juga dilakukan oleh Dr Joko Sulistyo,
periset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI. Hasil risetnya;
kadar kolesterol mencit yang diberi VCO 50 mikroliter turun 9 mg/dl pada
hari ke- 28. Melorotnya kolesterol itu juga diimbangi oleh naiknya
HDL-dikenal sebagai kolesterol baik-pada hari ke-13. Itu amat
menggembirakan lantaran memperkecil risiko beragam penyakit seperti
serangan jantung dan arteriosklerosis.
sumber:Trubus 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar